Sigi  

Proyek Huntap Bangga Menuai Kritik Serius Terkait Kualitas Konstruksi, Terutama Pondasi Bangunan

Foto Kutipan : (rotari.id)

Sigi,– Proyek pembangunan hunian tetap (huntap) di Desa Bangga, kecamatan Dolo Selatan, Kabupaten Sigi berjumlah 287 unit, yang bertujuan untuk memberikan tempat tinggal layak bagi warga terdampak bencana kini menjadi sorotan publik.

Dikutip dari rotari.id bahwa Proyek ini, yang seharusnya menjadi solusi jangka panjang bagi warga desa yang kehilangan rumah, menuai kritik serius terkait kualitas konstruksi, terutama pondasi bangunan.

Hal itu juga diperparah lagi dengan proses pengerjaan pembangunan Huntap yang sampai saat ini juga belum rampung, secara teknis capaian bobot pekerjaan diperkirakan baru sekira 85 persen, padahal jika merujuk pada kontrak yang ada ”semestinya” sudah harus berakhir pada Agustus 2024 tahun ini.

Menariknya dari tiga penyedia jasa yang ditunjuk yakni PT. Adi Karya PT. Andica Prasaktian Abadi dan Waskita Karya, hanya PT. Waskita yang tepat waktu menyelesaikannya sesuai masa kontrak. Sementara dua lainnya yakni PT. Adi Karya dan PT. Andica Prasaktian Abadi terlihat masih berupaya merampungkannya.

Pantauan media Kamis,(29/8/2024) , sejumlah warga yang notabene sebagai penerima Huntap mengeluhkan kualitas pondasi hunian yang terkesan dibuat asal-asalan. Beberapa masalah utama yang diidentifikasi antara lain adanya ketidaksesuaian antara rencana teknis dan hasil akhir di lapangan, serta indikasi pengerjaan yang tidak memadai. Pondasi bangunan, yang merupakan elemen krusial dalam memastikan kestabilan dan daya tahan bangunan, dinilai tidak memenuhi standar kualitas yang diharapkan.

Salah satu warga setempat, menyatakan kekhawatirannya dengan kondisi Huntap yang ditengarai mengesampingkan kualitas pekerjaan hunian bagi penyintas bencana alam khususnya pada struktur pondasi bangunan. Menurutnya,pemilihan jenis pondasi sangatlah krusial dalam perencanaan konstruksi karena harus mempertimbangkan berbagai faktor agar pondasi dapat menjaga stabilitas bangunan. Sebuah pondasi yang dipilih dengan cermat akan menjadi dasar yang kuat untuk keberlanjutan dan keamanan bangunan,sementara di Huntap Bangga justru sebaliknya.

Foto ist (rotari.id)

’’Kami sangat menghargai upaya pemerintah dalam membangun rumah untuk kami, tetapi kami juga khawatir jika pondasi ini tidak kuat, rumah kami bisa berbahaya saat hujan atau gempa. Apalagi disini banjir sudah seperti siklus tahunan saja. Coba komiu lihat yang di dekat tebing itu,masa bapasang batu pondasi seperti itu,sengaja di taruh batu besar langsung di semen, sudah banyak yang retak dan patah pondasinya. Saya lihat ini karena kontraknya sudah mau selesai sementara masih banyak item pekerjaan yang belum rampung,makanya pekerjaan ini dilakukan terburu-buru.”kesalnya.

Selain meragukan terkait struktur pondasi yang dianggap asal asalan dalam pengerjaannya, serta adanya indikasi penggerusan tanah yang mengancam stabilitas pondasi, di beberapa lokasi hunian juga terlihat mengalami penurunan tanah yang signifikan, mengakibatkan retakan pada beberapa dinding dan pondasi. Para pemerhati konstruksi Sulawesi Tengah juga memperingatkan bahwa pondasi yang tidak memadai dapat menyebabkan kerusakan serius dalam jangka waktu yang relatif singkat.

Dr. Andi Rahmat, seorang ahli struktur bangunan yang juga pemerhati konstruksi Sulteng, menyoroti konstruksi bangunan berupa dinding yang digunakan untuk menstabilkan tanah miring agar tidak bergeser atau longsor (retaining walls). Menurutnya,untuk proyek Huntap Bangga khususnya retaining walls diduga dikerjakan asal jadi dan tidak sesuai dengan spesifikasi. Nampak jelas terlihat susunan serta penataan spasi batu di pasang serampangan dan banyak mengunakan batu berukuran besar serta tidak seragam.

Foto : ist Kutipan (rotari.id)

Pengamat konstruksi dan ahli teknik sipil ini menyoroti penggunaan batu besar dalam pondasi proyek huntap tersebut. Dirinya menilai penggunaan batu besar, yang dalam banyak kasus dianggap sebagai solusi sementara atau pengganti material pondasi yang lebih konvensional, dapat menimbulkan masalah serius bagi stabilitas bangunan dalam jangka panjang.

“Penggunaan batu besar dalam pondasi dapat berisiko jika tidak dipilih dan dipasang dengan benar. Batu besar dapat menimbulkan masalah distribusi beban dan kekuatan tekan, yang sangat penting untuk kestabilan bangunan. Tanpa analisis yang cermat dan metode konstruksi yang tepat, batu besar bisa memperburuk situasi.”ujarnya Sabtu,(31/8/2024).

Terpisah, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Banuata Sigi, menegaskan masalah utama yang dihadapi adalah dugaan bahwa proyek ini dikerjakan dengan tergesa-gesa demi memenuhi target waktu penyelesaian. Banyak pihak yang percaya bahwa penekanan pada tenggat waktu membuat aspek kualitas sering kali diabaikan. Proyek ini juga dilaporkan mengalami beberapa kali keterlambatan, dan beberapa pegawai proyek mengungkapkan tekanan yang tinggi untuk menyelesaikan pekerjaan sesuai jadwal yang ditetapkan.

LSM Banuata Sigi menyebutkan bahwa meskipun proyek huntap bertujuan mulia untuk menyediakan rumah bagi warga yang terdampak bencana, penting untuk memastikan bahwa konstruksi tidak mengabaikan standar teknis dan keamanan. Pentingnya mematuhi standar kualitas dalam proyek pembangunan hunian tetap (huntap) di Desa Bangga.

”Kami memahami urgensi proyek ini, namun tidak ada alasan untuk mengorbankan kualitas demi mengejar target waktu. Kualitas dan keamanan harus tetap menjadi prioritas utama. Kami mendapat laporan mengenai potensi pelanggaran terhadap aturan kualitas dalam pelaksanaan proyek tersebut,” kata Direktur Eksekutif LSM Banuata Sigi, Ibu Maya Susanti.

LSM Banuata Sigi mengingatkan pihak terkait, termasuk kontraktor dan pemerintah setempat, untuk secara ketat mematuhi regulasi dan pedoman konstruksi yang berlaku. Pihaknya menekankan pentingnya pengawasan yang transparan dan audit independen untuk memastikan bahwa semua aspek teknis proyek sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan.

”Kepatuhan terhadap aturan kualitas bukan hanya kewajiban hukum, tetapi juga tanggung jawab moral untuk melindungi keselamatan warga,” tambah Ibu Maya. (JoTelo)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *